Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens Bebas! Tokoh Gereja dan Adat Memiliki Peran Penting Dalam Pembebasan Pilot Susi Air Tersebut

Pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) selama berbulan-bulan, melibatkan upaya kolaboratif yang sangat kompleks. Dalam proses negosiasi yang rumit ini, peran tokoh gereja dan adat Papua menjadi salah satu elemen kunci yang membantu mendekatkan jalan menuju pembebasan pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut.

Latar Belakang Penyanderaan

Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air, disandera oleh kelompok bersenjata TPNPB pada Februari 2023 di wilayah Nduga, Papua. Kelompok separatis tersebut menggunakan Mehrtens sebagai alat tawar untuk memperjuangkan tujuan politik mereka, yakni kemerdekaan Papua dari Indonesia. Penyanderaan ini memicu reaksi luas di dalam dan luar negeri, dengan upaya diplomatik dan negosiasi yang berlarut-larut.

Meski aparat keamanan berusaha keras untuk membebaskan pilot tersebut, tantangan geografis dan kondisi keamanan yang tidak stabil membuat operasi militer menjadi pilihan yang sangat sulit dan berisiko. Dalam konteks inilah peran tokoh gereja dan adat Papua menjadi sangat penting, karena mereka memiliki akses, pengaruh, dan pemahaman budaya yang mendalam di wilayah konflik tersebut.

Peran Tokoh Gereja dalam Negosiasi

Ada peran tokoh agama, gereja dan keluarga Egianus Kphoya yang diminta mendekati Kelompok Kriminal Bersenjata Pimpinan Egianus Kogoya untuk membebaskan Philip.

“Kami mengedepankan pendekatan melalui tokoh agama, tokoh gereja, tokoh adat dan keluarga dekat dari Egianus Kogoya,” kata Kepala Operasi Damai Cartenz 2024 Brigjen Faizal Ramadhani dalam keterangan tertulisnya,
Pendekatan persuasif ini dipilih untuk mengurangi kemungkinan jatuhnya korban selama upaya pembebasan.Pendekatan itu disebut Faizal berlangsung lama, hingga akhirnya pada Sabtu ini, Philip dibebaskan.

Tokoh-tokoh gereja di Papua dikenal memiliki posisi yang dihormati baik oleh masyarakat setempat maupun oleh kelompok-kelompok bersenjata. Sebagai lembaga yang sering dianggap netral, gereja memiliki pengaruh moral dan spiritual yang besar di tengah masyarakat Papua, termasuk di daerah-daerah yang terisolasi dan rawan konflik.

Dalam kasus penyanderaan Philip Mehrtens, tokoh-tokoh gereja memainkan peran sebagai mediator yang mampu membangun jembatan komunikasi antara kelompok penyandera, pemerintah, dan pihak-pihak terkait lainnya. Mereka menggunakan pendekatan dialog damai yang didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan moralitas agama, yang sangat dihormati oleh banyak pihak di Papua.

Selain itu, tokoh gereja juga mampu memberikan jaminan keselamatan bagi para negosiator yang datang ke wilayah-wilayah konflik, serta berperan dalam meredakan ketegangan yang sering kali memanas selama proses negosiasi. Pendekatan berbasis kepercayaan dan komunikasi yang sabar ini menjadi bagian penting dari strategi pembebasan tanpa menggunakan kekerasan.

Kekuatan Pengaruh Tokoh Adat

Di sisi lain, tokoh adat Papua juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam proses negosiasi. Di wilayah Papua, otoritas adat masih sangat dihormati, dan banyak kelompok bersenjata seperti TPNPB memiliki kedekatan budaya dan kekerabatan dengan masyarakat adat setempat. Tokoh adat mampu menjangkau para pemimpin kelompok bersenjata dengan cara-cara yang sulit dicapai oleh pemerintah atau aparat keamanan.

Pengaruh tokoh adat dalam proses negosiasi juga didasarkan pada hubungan kekerabatan dan nilai-nilai lokal seperti “musyawarah” dan “berdamai.” Dalam beberapa kasus, mereka mampu membujuk kelompok penyandera untuk mengambil jalan damai dengan menekankan pentingnya menjaga kehormatan adat dan menghindari kekerasan yang berlebihan.

Para pemimpin adat ini kerap menggunakan hubungan kultural dan emosional untuk bernegosiasi secara lebih intim, meyakinkan para penyandera bahwa tindakan penyanderaan dapat mencoreng nama baik komunitas adat serta merugikan masyarakat Papua secara keseluruhan. Dengan pendekatan ini, tokoh adat sering kali berhasil menciptakan ruang dialog yang konstruktif.

Kolaborasi dengan Pemerintah dan Aparat

Dalam upaya pembebasan pilot Susi Air, kerja sama antara tokoh gereja, adat, dan pemerintah sangatlah penting. Aparat keamanan dan pemerintah Indonesia tampaknya menyadari bahwa pendekatan militer semata tidak akan menyelesaikan masalah, terutama di daerah-daerah dengan sejarah konflik berkepanjangan seperti Papua. Oleh karena itu, mereka menggandeng tokoh-tokoh lokal yang memiliki pengaruh besar di wilayah tersebut.

Warga negara Selandia Baru itu kemudian dijemput Tim Gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Damai Cartenz 2024 dari titik pembebasan. Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2024 Kombes Bayu Suseno menjelaskan, Philip berhasil dibebaskan dan dijemput di Kampung Yuguru, Distrik Maibarok, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Dia langsung diterbangkan menuju Mako Brimob Batalyon B/Timika.

“Ya benar sekali, hari ini kami berhasil menjemput Pilot Philip dalam keadaan sehat. Pilot kami terbangkan dari Nduga langsung menuju Timika” jelas Bayu.
Selanjutnya Pilot Philip langsung dibawa ke ruangan khusus untuk dilakukan mitigasi medis sekaligus memastikan kondisi psikologis Pilot Philip dalam keadaan stabil.
Sebagai informasi, sejak 7 Februari 2023, pilot berkewarganegaraan Selandia Baru itu disandera oleh KKB sesaat setelah mendarat di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

Upaya ini juga didukung oleh diplomasi internasional, terutama dari pemerintah Selandia Baru yang terus memantau kondisi Philip Mehrtens. Pendekatan kolaboratif ini, dengan memadukan negosiasi berbasis budaya dan agama, menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk mencapai pembebasan dengan risiko minimal.

Kesimpulan

Proses pembebasan pilot Susi Air, Philip Mehrtens, menunjukkan betapa pentingnya peran tokoh gereja dan adat dalam meredakan konflik bersenjata di Papua. Dengan pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan, moralitas, dan kearifan lokal, para tokoh ini berhasil memainkan peran kunci dalam negosiasi yang sangat sensitif.

Kolaborasi antara aparat keamanan, pemerintah, serta tokoh gereja dan adat menjadi contoh nyata bahwa pendekatan dialog dan negosiasi damai sering kali lebih efektif dalam situasi konflik yang kompleks. Di tengah tantangan keamanan yang terus berlangsung di Papua, peran tokoh-tokoh lokal dalam menciptakan perdamaian tetap menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan dalam upaya penyelesaian konflik yang berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *