Kabar Terupdate” Perebutan lahan garapan eks PTPN di Kawasan Selambo, Desa Amplas, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, kembali memicu kekerasan yang mengakibatkan korban jiwa. Pada Selasa, 22 Oktober 2024, bentrokan antara kelompok penggarap dan pihak yang mengklaim kepemilikan lahan terjadi di areal lahan garapan di Jalan Selambo Raya. Insiden ini menyoroti masalah mendalam terkait konflik lahan yang sudah berlangsung lama di kawasan tersebut.
MAFIA TANAH KERAHKAN GENGSTER UNTUK REBUT LAHAN GARAPAN DARI WARGA
— Miss Tweet | (@Heraloebss) October 22, 2024
Perebutan lahan garapan eks PTPN di Kawasan Selambo Desa Amplas, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara kembali memakan jiwa korban.
Dalam bentrokan ini, dua orang tewas dalam bentrokan yang melibatkan kelompok… pic.twitter.com/kL81HkjQxs
Kronologi Kejadian
Dalam peristiwa tersebut, dua orang tewas, yaitu Bungaran Samosir (51) dan Adam Djhorgi (27). Keduanya sedang berjaga malam di posko sederhana yang baru dibangun di lahan tersebut ketika tiba-tiba diserang oleh sekelompok orang bersenjata tajam. Serangan ini diduga dilakukan oleh sindikat kejahatan yang melibatkan geng motor dan preman bayaran, atas perintah dari kelompok mafia tanah yang dikenal sebagai OB.
Bentrokan ini tidak hanya mengakibatkan tewasnya kedua penggarap, tetapi juga menyebabkan beberapa orang lainnya mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke rumah sakit. Kejadian ini semakin memperburuk situasi di kawasan yang dikenal rawan konflik lahan. Kapolsek Medan Tembung, Kompol Jhonson Sitompul, mengonfirmasi bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan awal terkait insiden tersebut, meskipun belum bisa memastikan siapa saja yang terlibat dalam bentrokan dan motif di baliknya.
Dari laporan yang ada, serangan itu tampaknya merupakan langkah yang terorganisir dari kelompok mafia tanah yang ingin menguasai lahan garapan tersebut dengan cara kekerasan. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya masalah perebutan lahan di daerah tersebut, yang sering kali melibatkan mafia tanah dan geng-geng kriminal. Polisi telah menurunkan puluhan personel untuk menjaga keamanan di lokasi guna mencegah terjadinya bentrokan lebih lanjut antara kelompok-kelompok yang berseteru.
Situasi di Kawasan Selambo ini mencerminkan dampak dari ketidakpastian hukum mengenai kepemilikan lahan di Indonesia, di mana banyak masyarakat yang tergantung pada lahan garapan untuk mata pencaharian mereka. Konflik semacam ini sering kali berujung pada kekerasan dan kehilangan nyawa, seperti yang terjadi pada Bungaran dan Adam. Pihak berwenang diharapkan dapat mengambil langkah tegas untuk menyelesaikan konflik ini secara adil dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Perebutan lahan ini tidak hanya berakibat pada hilangnya nyawa, tetapi juga mengguncang rasa aman di komunitas lokal. Banyak warga yang kini hidup dalam ketakutan dan khawatir akan keselamatan mereka setelah menyaksikan kekerasan yang terjadi di depan mata. Upaya penegakan hukum dan penyelesaian konflik yang berbasis pada dialog dan keadilan sangat diperlukan untuk mengakhiri siklus kekerasan dan mengembalikan kedamaian di kawasan ini.