Kabar Terupdate- Nenek Hasna (62) tinggal di sebuah rumah dalam gang sempit di tengah kota Jakarta Pusat. Ukuran rumahnya hanya sekitar 2×3 meter dan terdiri dari dua tingkat saja. Ia pun harus berbagi ruang dengan 12 anggota keluarganya.
Hal ini menjadi masalah ketika tidur di malam hari. Nenek Hasna terpaksa berdesakan dengan anggota keluarga lainnya, bahkan rela tidur dalam posisi duduk atau meringkuk.
detikProperti berkesempatan mengunjungi rumah Nenek Hasna pada Selasa (5/11). Rumahnya berada di permukiman padat penduduk tepatnya di RT 08 RW 012 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Nenek Hasna tinggal berdesakan bersama 12 anggota keluarganya sejak 2 tahun lalu ketika sang suami meninggal dunia. Ia pun mengurus cucu sambil bekerja mengumpulkan botol plastik.
Ia sudah tinggal di rumah tersebut sekitar 20 tahun lamanya. Nenek Hasna menceritakan awalnya tinggal dengan lima orang saja, tetapi sekarang penghuni rumahnya bertambah dengan adanya anak, cucu, dan cicitnya. Rumahnya kini dihuni oleh 5 orang dewasa dan 8 anak.
“Dulu masih 5 orang, sekarang ada buyut malah jadi 13 (orang),” ujar Nenek Hasna di lokasi, Selasa (5/11/2024).
Nenek Hasna mempunyai tiga orang anak. Dua anak tinggal bersamanya sementara satu lagi tinggal di rumah lain. Salah satu anak yang sudah berkeluarga pun ikut tinggal bersama Nenek Hasna untuk menemani sepeninggal suami. Selain itu, anaknya juga tidak mampu menyewa hunian untuk keluarga kecilnya.
“Nggak ada yang bisa ngontrak. Jadi tinggal sama saya semua, sama nenek,” ungkapnya. Selain itu, anak lain yang tinggal bersamanya memiliki kondisi penyakit kejiwaan. Sementara anak satu lagi menitipkan cucu-cucu ke Nenek Hasna. Harus berbagi ruang tidur dengan banyak orang, Hasna kerap mengalah demi sang cucu. Biasanya ia tidur di lantai depan pintu rumahnya. Ia sering kali tidur pukul 23.00 WIB hingga 03.00 WIB saja, lalu bekerja mencari botol plastik.
Nenek Hasna sering kali tidur di atas ubin tanpa alas. Bahkan, ia tidur dalam posisi duduk dan bersandar ke pintu. “Itu (cucu) kalau nangis di atas (mungkin karena) kesempitan kali, turun ke (lantai) bawah. Jadi kita nggak bisa tidur, (tidur sambil) duduk nyender ke pintu,” ucapnya.
Ia mengaku kesempitan sampai harus tidur dengan menekuk kakinya dan badannya meringkuk.
“Tidur ya begitu aja, meni meringkel,” tuturnya.
“Sempit. Tidur aja menekuk kaki,” tambah Hasna.
Di samping itu, kondisi rumah Nenek Hasna tampak memprihatinkan. Ruangan 2×3 meter itu diisi dengan barang-barang, seperti lemari, meja, hingga alat masak, sehingga mengurangi ruang untuk tidur. Sebagian anggota keluarga tidur di lantai atas dan sebagian lagi di bawah. Rumah ini pun tidak memiliki kamar, blong tanpa sekat. Semua anggota keluarga harus tidur bercampur tanpa privasi.
Satu-satunya sekat di rumah adalah pembatas kamar mandi yang hanya tertutup separuh dengan dinding. Kamar mandi ini digunakan untuk mandi dan cuci piring. Sedangkan untuk buang air harus pergi ke WC umum dengan tarif Rp 2.000 untuk sekali pakai.
Nenek Hasna juga mengeluhkan rumahnya bocor saat hujan. Bagian atap terbuat dari seng dan dinding di lantai atas terbuat dari triplek dan seng yang berlubang. Ia merasa lelah tinggal dalam kondisi rumah yang sempit, ramai, serta rusak. Ia mengeluh kesempitan dan kegerahan tinggal di sana, belum lagi sering terjadi kebocoran ketika hujan. “Sempit, pusing kepala. Lihat aja kasurnya begini,” imbuhnya. Ia berharap ada bantuan dari pihak luar yang dapat menyediakan hunian yang lebih luas dan layak baginya dan cucu-cucunya. “Pengennya rumah yang gede gedong biar anak-anak enak tidur,” pungkasnya.