Kabar Terupdate” Baru-baru ini, sebuah kegiatan orientasi mahasiswa baru atau ospek di salah satu universitas di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi viral di media sosial. Pasalnya, kegiatan ini disebut-sebut menggunakan metode yang menyerupai sistem semi-militer, menarik perhatian dan menciptakan kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya netizen. Video dan foto yang beredar menunjukkan sejumlah mahasiswa menjalani pelatihan fisik yang intens, mulai dari baris-berbaris, disiplin ketat, hingga beberapa aktivitas yang biasanya terkait dengan dunia militer.
Ospek Mahasiswa di NTT dengan sistem semi militer.
— QUOTE AJA (@QuoteAja) October 29, 2024
Para Senior bersikap keras untuk melakukan perpeloncoan terhadap mahasiswa baru
Senior : ini belum seberapa, dulu kami disuruh minum oli
pic.twitter.com/XVJzMp6bdO
Banyak pihak merasa metode ini terlalu keras dan tidak relevan dengan dunia akademik, mengingat tujuan ospek adalah memperkenalkan kehidupan kampus, bukan menempatkan tekanan fisik dan mental yang berat pada mahasiswa baru. Sebagian lainnya, terutama para alumni dan pelatih, berpendapat bahwa sistem ini dirancang untuk menanamkan disiplin, ketahanan mental, dan kerja sama tim di kalangan mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan. Pihak kampus pun menyatakan bahwa sistem ini sudah disesuaikan agar tetap dalam batas wajar dan dipantau secara ketat untuk memastikan keselamatan peserta.
Namun demikian, beberapa mahasiswa dan orang tua melaporkan keluhan terhadap efek psikologis serta fisik yang ditimbulkan oleh metode semi-militer ini. Dengan viralnya kejadian ini, perdebatan semakin meluas, mengundang komentar dari berbagai pihak, termasuk pengamat pendidikan, psikolog, serta pemerhati hak mahasiswa. Mereka menilai, meskipun disiplin itu penting, pendekatan yang digunakan seharusnya sesuai dengan konteks pendidikan tinggi yang lebih mengedepankan kebebasan berpikir dan kreativitas daripada pengendalian fisik.
Fenomena ospek dengan pendekatan semi-militer ini menyisakan pertanyaan besar bagi publik: seberapa jauh batas disiplin dalam orientasi mahasiswa baru, dan bagaimana peran kampus dalam menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, serta mendukung pertumbuhan akademik mahasiswa tanpa melanggar batasan fisik dan mental.