Kabar Terupdate- Kasus tabrak lari kerap terjadi di Indonesia. Belakangan ini sebuah MPV terlibat kasus tabrak lari di Solo, hingga menghasilkan aksi kejar-kejaran dengan warga. Mobil tersebut menabrak 4 sepeda motor hingga menyebabkan korban luka-luka sebanyak 6 orang. Aksi tersebut cukup menyita perhatian masyarakat, pasalnya rekaman CCTV terkait arogansi tersebut tersebar di media sosial. Setiap pengendara berpotensi terlibat kecelakaan, mengingat konflik lalu lintas cukup kompleks dan ancaman bahaya bisa berasal dari mana saja.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia, mengatakan, aksi kabur karena takut atau panik setelah terlibat kecelakaan banyak dilakukan oleh pengendara di Indonesia.
“Hal ini disebabkan kurangnya rasa tanggung jawab pada setiap pengemudi, akibat rendahnya pengetahuan dan kesadaran di dalam aktivitas berlalu lintas,” ucap Sony, Kamis (17/10/2024). Menurut Sony, banyak pengendara yang dominan mengandalkan hardskill dan tekniknya, tapi kurang dalam hal softskill, yaitu kompetensi pola berpikir.
“Salah satu wujud kompetensi ini adalah tanggung jawab atas perbuatannya, hal ini berkaitan dengan jiwa sosial, seperti menolong pihak yang mengalami kecelakaan, pola pikir seseorang ini perlu diubah sehingga timbul kebiasaan positif dan baik,” ucap Sony.
Caranya, menurut Sony, pengemudi harus melatih sikap bertanggung jawab atau peduli setiap saat, dari kehidupan sehari-hari dan diterapkan di jalan raya. “Lambat lau, inilah yang menjadikan seseorang sebagai defensive driver yang aktivitasnya bisa dilihat dari reaksi pada sebuah kejadian, sehingga tak ada lagi tabrak lari,” ucap Sony.
Jadi, setiap pengemudi membutuhkan kompetensi soft skill berupa tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama pengguna jalan agar terhindar dari kasus tabrak lari.