Kabar Terupdate“Di Desa Bangunrejo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, suasana yang biasanya tenang berubah menjadi kacau saat ratusan pendekar silat terlibat dalam tawuran besar yang menggemparkan warga sekitar. Kejadian ini bermula dari sebuah konvoi sekelompok remaja yang mengenakan pakaian hitam, konvoi tersebut melintas di desa tersebut dengan penuh percaya diri. Namun, tanpa diduga, mereka berselisih dengan kelompok lain yang juga merupakan anggota perguruan silat dari daerah sekitar. Ketegangan yang semula hanya berupa adu pandang dan saling ejek, dengan cepat berubah menjadi bentrokan fisik ketika kedua belah pihak tersulut emosi.
Ratusan "Pendekar Silat" yang seharusnya membela kebenaran & menegakan keadilan serta menumpas kejahatan terlibat Tawuran & aksi saling lempar batu dengan kelompok lain, menyebabkan sejumlah rumah & kendaraan rusak (29/9/2024)
— QUOTE AJA (@QuoteAja) October 2, 2024
Lok: Tuban, Jawa Timur
pic.twitter.com/vwrnG4mQqa
Tawuran yang terjadi di jalan-jalan desa itu melibatkan ratusan pendekar dari berbagai perguruan silat. Masing-masing pihak merasa harga diri dan kehormatan kelompoknya dipertaruhkan, sehingga tak ada yang mau mengalah. Dentuman suara senjata tradisional seperti kayu, tongkat, dan bahkan parang terdengar memekakkan telinga, disertai dengan teriakan-teriakan penuh kemarahan. Para pendekar ini, yang seharusnya menjaga nilai-nilai kehormatan dan persaudaraan, justru terlibat dalam pertarungan massal yang mengerikan.
Penduduk setempat yang awalnya hanya menonton dari jauh, mulai merasa ketakutan ketika situasi semakin tak terkendali. Banyak dari mereka segera berlindung di dalam rumah, khawatir tawuran akan semakin meluas dan merusak harta benda mereka. Beberapa orang yang berusaha melerai malah menjadi korban amukan massa yang penuh emosi. Suasana desa yang biasanya damai, berubah menjadi ajang pertarungan besar di mana dua kelompok silat saling menyerang dengan brutal.
Aparat keamanan yang mendapat laporan langsung turun tangan, berusaha memisahkan kedua belah pihak yang sudah terlanjur panas. Namun, jumlah mereka yang jauh lebih sedikit membuat upaya itu tidak mudah. Tawuran ini pun menjadi sorotan luas, baik oleh media maupun masyarakat yang prihatin melihat bagaimana tradisi bela diri yang seharusnya dijunjung tinggi justru digunakan untuk melampiaskan amarah dan dendam kelompok.
Peristiwa ini mencerminkan bagaimana bentrokan kecil dapat dengan cepat berubah menjadi konflik besar ketika emosi menguasai, dan bagaimana semangat persaudaraan di dalam perguruan silat kadang terdistorsi oleh rasa fanatisme yang berlebihan. Tawuran antarpendekar ini meninggalkan bekas luka, baik secara fisik maupun psikologis, bagi mereka yang terlibat, serta membawa duka bagi warga Desa Bangunrejo yang harus menyaksikan kerusakan di tengah komunitas mereka.