Anak Kandung Tega Melakukan Aniaya & Pembacokan Ke ibu nya, Tersinggung krn Disuruh Bersihkan Rumah

Anak Kandung Tega Melakukan Aniaya & Pembacokan Ke ibu nya, Tersinggung krn Disuruh Bersihkan Rumah

Kabar Terupdate – Kasus kekerasan dalam keluarga kembali mencuat, kali ini dengan pelaku yang tak terduga: seorang anak kandung tega menganiaya dan membacok ibunya sendiri hanya karena tersinggung disuruh membersihkan rumah. Kejadian memilukan ini terjadi di salah satu daerah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Selasa sore (25/09/2024). Berikut adalah kronologi lengkap dan detail kasus kekerasan yang mengejutkan banyak pihak ini.

Peristiwa berawal saat sang ibu, yang berusia 50 tahun, meminta anak kandungnya yang berinisial A (24) untuk membantu membersihkan rumah. Saat itu, ibu korban sedang mengurus pekerjaan rumah tangga dan merasa butuh bantuan dari A yang sedang berada di rumah.

    Namun, permintaan sederhana tersebut justru memicu amarah A. Dia merasa tersinggung dan menolak perintah ibunya dengan alasan sedang tidak ingin diganggu. Adu mulut antara ibu dan anak ini pun tak terhindarkan. Sang ibu, yang tak menyangka anaknya akan bereaksi berlebihan, mencoba menenangkan A, namun kemarahan A semakin memuncak.

    Setelah terlibat dalam pertengkaran verbal, A yang sudah kehilangan kendali tiba-tiba mengambil sebilah golok yang ada di rumah. Dalam keadaan emosi, ia menghampiri ibunya yang berada di dapur dan tanpa ragu langsung mengayunkan golok tersebut ke arah ibunya.

      Sang ibu mencoba melarikan diri, namun sayangnya mengalami luka parah akibat bacokan di beberapa bagian tubuh, termasuk di tangan dan kepala. Aksi brutal ini berlangsung singkat, namun dampaknya fatal. Korban segera terjatuh dan berlumuran darah, sementara pelaku langsung meninggalkan tempat kejadian tanpa rasa penyesalan.

      Jeritan minta tolong sang ibu terdengar oleh tetangga yang segera datang ke lokasi. Warga yang melihat korban dalam kondisi terluka parah langsung membawa sang ibu ke rumah sakit terdekat. Beruntung, nyawanya masih bisa diselamatkan berkat pertolongan cepat dan tindakan medis intensif.

        Setelah kejadian, warga yang mengetahui tindakan keji A segera melaporkan insiden tersebut ke pihak kepolisian. Aparat yang datang ke lokasi langsung melakukan pengejaran terhadap A, yang kabur tak lama setelah melakukan aksinya.

        berhasil diamankan di tempat persembunyiannya yang tidak jauh dari rumahnya pada malam hari setelah kejadian. Saat ditangkap, A tidak melakukan perlawanan, namun ia tampak masih dalam kondisi emosi dan kesal. Polisi segera membawa A ke kantor polisi untuk diperiksa lebih lanjut.

        Dalam pemeriksaan awal, A mengaku bahwa ia tersinggung dan merasa dipaksa ketika disuruh membersihkan rumah. Menurut pengakuannya, ia merasa lelah dan tidak ingin diganggu dengan tugas rumah tangga, sehingga permintaan ibunya memicu kemarahan. Meski begitu, alasan ini jelas tidak sebanding dengan tindakan kekerasan yang dilakukannya terhadap ibunya sendiri.

          Polisi masih mendalami motif lain yang mungkin mendasari tindakan A, termasuk apakah ada masalah psikologis atau tekanan emosional yang dialami pelaku. A dijerat dengan pasal penganiayaan berat yang menyebabkan luka serius, dan terancam hukuman penjara panjang atas perbuatannya.

          Kasus ini memicu keprihatinan mendalam dari masyarakat sekitar dan warganet yang mendengar kabar ini melalui media sosial. Banyak yang tidak menyangka seorang anak kandung bisa tega melakukan kekerasan brutal terhadap ibunya sendiri hanya karena masalah sepele.

            Warga sekitar mengaku bahwa A dikenal sebagai pribadi yang pendiam, namun beberapa tetangga menyebut bahwa hubungan A dengan ibunya kerap mengalami ketegangan. Meski begitu, mereka tak pernah menyangka bahwa ketegangan tersebut bisa berujung pada kekerasan fisik yang fatal.

            Kasus ini menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga komunikasi yang baik dalam keluarga, terutama dalam menghadapi konflik sepele yang dapat memicu kekerasan. Psikolog mengimbau agar setiap anggota keluarga, terutama orang tua dan anak, bisa mengelola emosi dengan baik dan tidak menjadikan kekerasan sebagai solusi konflik.

              Polisi juga mengingatkan masyarakat untuk segera melapor jika melihat tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik secara verbal maupun fisik. Kepedulian lingkungan sekitar dapat menjadi langkah awal untuk mencegah terjadinya tindakan kriminal dalam lingkup keluarga.

              Peristiwa tragis di Sukabumi ini mencerminkan betapa rapuhnya hubungan keluarga ketika emosi dan ketidaksepahaman dibiarkan menguasai. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat, untuk lebih menghargai satu sama lain dalam keluarga dan mengelola konflik dengan cara yang lebih baik.

              Leave a Reply

              Your email address will not be published. Required fields are marked *