Sebuah insiden kekerasan domestik yang memilukan terjadi di Jl. Tinumbu Lr. 148 C Kel. Layang Kec. Bontoala Kota Makassar, di mana seorang anak tega membacok ibu kandungnya sendiri yang diketahui sedang mengalami gangguan jiwa. Kasus ini mengejutkan warga setempat dan menimbulkan keprihatinan terkait kesehatan mental dan dinamika keluarga di tengah masyarakat.
Kronologi Kejadian
Peristiwa tragis tersebut terjadi di rumah keluarga yang terletak di Jl. Tinumbu Lr. 148 C Kel. Layang Kec. Bontoala Kota Makassar. Menurut keterangan saksi dan tetangga, pelaku, yang bernama Sarniaty berusia 39 tahun, diduga menyerang ibunya, Siti Syamsiah, 64 tahun, dengan senjata tajam, menyebabkan luka parah di beberapa bagian tubuh. Saat kejadian, ibu pelaku sedang berada di rumah dan tidak menyadari tindakan agresif anaknya.
Adapun keterangan dari korban bahwa awalnya korban menegur anaknya (pelaku) untuk melakukan satu pekerjaan rumah yaitu membersihkan rumah namun pelaku yang mengalami gangguan jiwa tidak menerima teguran korban sehingga pelaku langsung mengambil parang kemudian melakukan penganiayaan terhadap korban dengan cara memarangi korban berkali-kali sehingga korban mengalami beberapa luka robek dan terbuka di bagian tubuhnya.
Menurut keterangan Sdr. Hakim (ayah pelaku) menjelaskan bahwa pelaku merupakan anak kandung pertamanya yang sudah lama mengalami gangguan jiwa dan seringkali marah dan mengamuk di dalam rumah sehingga Ybs dan istrinya (korban) selalu mengalah kepada anaknya.
Pelaku dilaporkan mengalami emosi yang tidak terkendali sebelum melancarkan aksinya. Menurut keterangan keluarga dan tetangga, ibu pelaku telah lama menderita gangguan jiwa, dan situasi keluarga tersebut sangat rentan. Keseharian ibu yang sering tidak stabil, ditambah dengan beban psikologis yang mungkin dialami oleh pelaku, diduga menjadi pemicu insiden tragis ini.
Akibat penganiayaan tersebut korban mengalami luka patah tulang pada pergelangan tangan kiri, patah tulang pada siku sebelah kanan, luka terbuka pada pipi kiri sampai ke telinga, luka terbuka pada bagian jidat, 2 luka terbuka pada lengan sebelah kanan. Setelah kejadian, korban segera dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh warga setempat untuk mendapatkan perawatan medis. Hingga berita ini diturunkan, korban masih dalam penanganan intensif, sementara pelaku telah ditangkap oleh pihak kepolisian dan tengah menjalani pemeriksaan.
Reaksi Keluarga dan Warga Sekitar
Kasus ini sangat mengejutkan warga sekitar, yang selama ini mengenal keluarga tersebut sebagai keluarga yang sederhana meski menghadapi kesulitan karena kondisi mental sang ibu. Warga merasa prihatin karena ketegangan dalam keluarga tersebut tampaknya tidak terdeteksi sebelumnya oleh pihak luar.
Beberapa tetangga mengungkapkan bahwa hubungan antara pelaku dan ibunya selama ini tampak normal, meskipun kondisi mental sang ibu sering membuat suasana rumah tidak stabil. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa ketegangan ini akan berujung pada kekerasan fisik yang ekstrem seperti ini.
Penanganan Pihak Berwenang
Setelah insiden tersebut dilaporkan, pihak kepolisian segera bergerak ke lokasi untuk mengamankan pelaku dan melakukan penyelidikan. Pelaku yang berusia 39 tahun saat ini sudah berada dalam tahanan polisi dan diinterogasi untuk mengetahui motif di balik tindakannya. Polisi juga bekerja sama dengan dinas sosial dan psikiater untuk mendalami kondisi mental dalam keluarga tersebut.
Kepolisian juga berencana memeriksa kondisi mental pelaku guna mengetahui apakah tindakannya dipengaruhi oleh masalah psikologis. Sementara itu, pemerintah daerah melalui dinas kesehatan setempat memberikan dukungan bagi korban yang saat ini masih dalam perawatan medis intensif.
Pentingnya Penanganan Kesehatan Mental
Kasus ini kembali menegaskan pentingnya perhatian lebih terhadap kesehatan mental dalam keluarga. Gangguan jiwa yang dialami oleh salah satu anggota keluarga sering kali tidak hanya berdampak pada individu tersebut, tetapi juga pada lingkungan dan hubungan keluarga secara keseluruhan. Tekanan psikologis dan ketidakstabilan emosional dapat memicu konflik, yang apabila tidak ditangani dengan baik, dapat berujung pada tindakan kekerasan.
Diperlukan keterlibatan aktif dari pemerintah, masyarakat, dan keluarga untuk memberikan dukungan bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa serta anggota keluarganya. Konseling, pendampingan, dan layanan kesehatan mental harus lebih mudah diakses oleh masyarakat agar tragedi seperti ini dapat dihindari di masa depan.
Kesimpulan
Kejadian di mana seorang anak tega membacok ibu kandungnya sendiri yang mengalami gangguan jiwa adalah peristiwa tragis yang mengguncang hati banyak orang. Insiden ini menekankan perlunya perhatian lebih terhadap kesehatan mental dan dinamika dalam keluarga. Semoga kasus ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa kesehatan mental harus diprioritaskan, dan bantuan profesional perlu diberikan kepada keluarga yang menghadapi tekanan psikologis berat. Pihak berwenang diharapkan dapat menuntaskan kasus ini dengan adil, sekaligus memberikan penanganan tepat bagi korban dan pelaku.